SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM


RESENSI

Judul Buku

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
(Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era rasulullah Sampai Indonesia)

Penulis
Prof. Dr. Samsul Nizar, M.Ag

Penerbit
Jakarta: Kencana 2007

DAFTAR ISI

BAB I
Profil Rasulullah Sebagai Pendidik Ideal: Telaah Pola Pendidikan Islam Era Rasulullah Fase Mekkah dan Madinah
Oleh: Zainal Efendi Hasibuan
A. Kondisi Politik, Sosiokultural Pra-Islam Sampai Fase Awal Islam
B. Tahapan Pendidikan Islam Pada Fase Mekkah
C. Lembaga Pendidikan dan Sistem Pembelajaran
D. Materi dan Kurikulum Pendidikan Islam
E. Metode Pengajaran Rasulullah
F. Evaluasi Pendidikan
G. Peran Wanita Dalam Pendidikan Islam Era Rasulullah

BAB II
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Rasulullah Mekkah dan Madinah
Oleh: Kamaruzzaman
A. Sosiologi Masyarakat Makkah dan Madinah

BAB III
Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Oleh: Moh Dalpen
A. Masa Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
B. Pusat-Pusat Pendidikan Pada Masa Khulafaur Rasyidin

BAB IV
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah
Oleh: Silviati Candra
A. Pengambil Alih Kekuasaan
B. Pembentukan Dinasti Bani Umayyah
C. Kemajuan Yang dicapai
D. Pola pendidikan dan Pusat Pendidikan

BAB V
Pola Dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode Abbasiyah
Oleh: Ali Nupiah
A. Sejarah Berdirinya daulah abbasiyah
B. Kedudukan khalifah
C. System politik pemerintah dan bentuk Negara
D. System social
BAB VI
Pola pendidikan islam di spanyol era awal tinjauan historis filosofis
Oleh: Samsul Nizar
A. Sekilas Sejarah Awal Spanyol Islam
B. Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan Spanyol Islam
C. Faktor Penunjang Pengembangan Pendidikan Spanyol Islam
D. Bias Pendidikan Spanyol Islam bagi perkembangan Dunia Modern

BAB VII
Perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia dan Sisilia
Oleh: Yusmanto

BAB VIII
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Era Awal; Rumah, Kuttab, Mesjid, Saloon, dan Madrasah
Oleh: Mira Astuti
A. Instutusi Pendidikan Era Awal

BAB IX
Kurikulum dan Pola Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa klasik zaman keemasan
Oleh: Sondal Pramujaya
A. Pengertian Kurikulum Pendidikan islam
B. Kurikulum pendidikan islam sebelum berdirinya madrasah
C. Madrasah pada masa klasik

BAB X
Transpormasi dan Kontribusi Intelektual Islam atas dunia barat
Oleh: Farida Syam
A. Masa Kegelapan Dunia Barat dan kemajuan Peradaban Islam
B. Transformasi Intelektual Islam ke Dunia Barat
C. Kontribusi Intelektual Islam Terhadap dunia Barat

BAB XI
Madrasah Hizhamiyah; Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas Ortodoksi Sunni
Oleh: Ediwarman
A. Lembaga Pendidikan Nihamiyah
B. Kurikulum dan materi yang diberikan Madrasah Nizhamiyah
C. Tokoh-tokoh dan ide-ide madrasah nizhamiyah
BAB XII
Pendidikan Islam pada era kemunduran pasca kejatuhan bagdat dan cordova
Oleh: Mulyadi Hermanto Nasution

A. Kejatuhan Bagdat dan Cordova
B. Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Bagdad dan Cordova

BAB XIII
Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan Pendidikan di Dunia Islam
Oleh: Roli Yandri
A. Kehancuran Dinasti Abbasiyah
B. Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan Dunia Islam

BAB XIV
Sejarah dan perkembangan Arsitektur Islam Pada Masa Dinasti Usmaniyah
Oleh: Samsul Nizar
A. Sejarah Awal berdirinya Dinasti Usmaniyah
B. Perkembangan Arsitektur Dinasti Usmaniyah
C. Corak Seni Arsitektur Dinasti Usmaniyah

BAB XV
Dinamika sejarah pendidikan perempuan potret timur tengah dan indonesi di era awal
Oleh: Wahyu Hikmah
A. Dinamika Sejarah Pendidikan Perempuan Timur Tengah Era Awal
B. Dinamika Sejarah Pendidikan Perempuan Islam di Indonesia era Awal

BAB XIV
Dikotomi Ilmu Pengetahuan; Akar Tunbuhnya dikatomi ilmu dalam peradaban islam
Oleh: Yuldelasharmi
A. Konsep Islam tentang ilmu Pengetahuan
B. Sejarah Timbulnya Dikotomi Ilmu Pengetahuan
C. Integritas Ilmu Umum dan Ilmu-ilmu Keislaman

BAB XVII
Muhammad abduh dan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir
Oleh: Yasmansyah
A. Biografi Muhammad abduh
B. Pemikir dan Pembaharuan Muhammad Abduh dalam Pendidikan Islam di Mesir
BAB XVIII
Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasi dalam Pendidikan
Oleh: Ahmad Syarifin
A. Pembahasan
B. Implikasi Ilmu Pengetahuan dalam Pendidikan

BAB IXX
Sejarah dan dinamika lembaga-lembaga Pendidikan islam di nusantara, surau, meunasah, pesantren, dan madrasah
Oleh: Abasri

BAB XX
Pola Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara pada masa awal sampai sebelum kemerdekaan; kasus kebijakan politik colonial belanda terhadap gerakan pembaharu pendidikan islam di Indonesia
Oleh: Maswardi
A. Pola dan kebijakan pendidikan islam di nusantara pada masa awal sampai sebelum kemerdekaan
B. Pola dan kebijakan pemerintah belanda sejak awal sampai sebelum kemerdekaan

BAB XXI
Organisasi social keagamaan dan pendidikan islam; kasus al-jam’iyatul wasliyah
Oleh: Muhammad Syaifuddin
A. Konfigurasi social politik dan Demografis Sumatera Timur
B. Sekilas Sejarah Tentang Berdirinya Al-Washliyah
C. Peran dan Kiprah Al-washliyah dalam bidang social keagamaan
D. Peranan dan Kiprah Al-Washliyah dalam Bidang Pendidikan Islam

BAB XXII
Pola Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Awal Kemerdekaan sampai pada Orde Lama (Orla)
Oleh: Zulhandra
A. Teori-Teori Tentang Kedatangan Islam
B. Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
C. Pendidikan Islam Zaman Kemerdekaan
D. Berbagai Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang Pendidikan Islam
E. Organisasi, Lembaga dan Tokoh Pendidikan Islam

BAB XXIII
Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru
Oleh: Nurasa
A. Menjembatani dualism pendidikan
B. Restrukturisasi kurikulum madrasah dan mengatasi kelangkaan ulama
C. Unifikasi sistem pendidikan




BAB I

Profil Rasulullah Sebagai Pendidik Ideal: Telaah Pola Pendidikan Islam Era Rasulullah Fase Mekkah dan Madinah

Muhammad Saw sebagai Rasul tauladan bagi ummat islam diseluruh penjuru dinia. Tentunya beliau memiliki beragam keistimewaan yang dapat mengantarkan pengikutnya untuk mencontohkan menelusuri jejak kehidupannya sampai di abad modern ini. Muhammad adalah pendidik pertama dan terutama dalam dunia pendidikan islam, proses transpormasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualme dan bimbingan emosional berakar dan melekat pada pengikut-pegikut setia dalam ajaran islam sebagai bentuk mukjizat yang luar biasa.
Transprormasi keilmuan dalam berbagai aspek perkembangan pada periode beliau, mengantarkan murid-muridnya kepada kemampuan yang luar biasa dalam menguasai berbagai cabang keilmuan agama dan umum, sehingga mengantarkan kepada gerbang zaman keemasan islam sebagaimana pola-pola pendidikan yang tergambar pada pase mekkah dan madinah.
Pola pendidikan yang dilakukan rasulullah pada periode makkah melalui jalan dakwah yang disampaikan kepada kaum quraisy makkah. Tahapan-tahapan tersebut melalui pola pendidikan secara sembunyi-sembunyi dimulai dari darinya sendiri, istrinya khadijah, kemudian diikuti oleh ali bin abithalib dan zaid bin harisah, sahabat karibnya abu bakar siddiq, secara berangsur-angsur terus meluas namun terbatas hanya di kalangan keluarga dekat dari suku quraisy saja. Dimana lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah arqam ibn arqam, (selanjutnya berkembang menjadi Kuttab sebagai lembaga dalam pengajaran baca-tulis dengan teks dasar yang pengajarnya monyoritas nonmuslim)
Setelah melewati tiga tahun kurun waktu pendidikan melalui jalan dakwah sembunyi-sembunyi, pada tahapan berikutnya dilakukan secara terang-terangan seiring dengan bertambahnya sahabat dan pengikut. Seruan dakwah mulai berkumandang secara umum sebagai tindak lanjut dari perintah wahyu, dimana masyarakat yatsrib yang telah mengetahui akan kabar kedatangan rasul mereka berjanji dalam sebuah bai’at yang disebut sebagai “bai’at ‘aqabah” yakni tidak menyembah selain Allah, tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak, menjauhkan perbuatan-perbuatan keji dan fitnah, selalu ta’at kepada rasulullah dalam yang benar, dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang tidak mereka inginkan.

BAB II
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Rasulullah Mekkah dan Madinah

Ketika Menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang datang dari kafir quraish, rasulullah dan para sahabat memutuskan berhijrah ke madinah. Sebagai langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membangun masjid quba, ditempat tersebut dilakukan berbagai bentuk kegiatan ritual, sosio-politik dan sebagai pusat pendidika dengan memakai system halaqah (lingkaran) dalam menyampaikan berbagai pengajaran.
Proses interaksi mulai terjalin dengan baik antara murid dan guru dengan terciptanya interaksi edukatif, dimana guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing sehingga menimbulkan kondisi pembelajaran yang menyenangkan para penimba ilmu. Kondisi tersebut dikolaborasi dengan metode ceramah, dialog, diskusi dan Tanya jawab, demonstasi, eksperimen, sosio drama, dan bermain peran.
Kondisi pengajaran sangat disesuaikan dengan materi yang diberikan. Manakala pada periode makkah belum terjadi proses pendidikan yang begitu komplek, namun pada periode madinah dinilai semakin komplek, materi pendidikan meliputi pendidikan ukhuwah, kesejahteraan social, kesejahteraan keluarga dan kerabat, dan pertahanan dan keamanan (pemerintahan)
Selanjutnya pendekatan pendidikan dilakukan melalui penampakan figure identifikasi rasulullah sebagai tauladan bagi pengikutnya, disamping membawa murinya pada pengajaran yang berisikan teguran langsung, bahasa sindiran, pemutusan dari jamaah, penegasan, perbandingan kisah-kisah, menggunakan bahasa isyarah, dan keteladanan sehingga sangat membekas dalam pola tingkah laku para sahabat.
Melewati fase-fase pendidikan yang telah berlangsung sejak lama maka rasulullah juga melakukan tindakan evaluasi dengan jalan menyuruh para sahabat untuk membaca ayat-ayat al-qur’an dan membetulkan hafalan yang keliru. Kegiatan evaluasi juga dilakukan dengan mengevaluasi kemampuan para sahabat yang diutus ke yaman dalam suatu urusan penyebaran agama, sehingga terjadilah dialog antara rasulullah dengan Mu’adz ibn Jabal.
Melalui pola-pola pendidikan dasar yang dijalankan oleh rasulullah, sehingga telah terlatih kemampuan para sahabat dalam membidangi berbagai bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, astronomi, filsafat sehingga mengantarkan kepada masa keemasan. Disamping Pola-pola pendidikan telah dijalankan sebelumnya, secara terus menerus dikembangkan dan diimplementasikan oleh para sahabat dalam kegiatan praktik seiring kembangannya kebutuhan masyarakat, perbedaan suasan, kondisi masyarakat dan munculnya hal-hal yang berdampak pada pola perubahan dalam kegiatan pendidikan dan menyampaikan dakwah.
Berdasarkan tinjauan historis mengenai pola pendidikan yang diterapkan rasul, dinilai telah berhasil mencapai tujuan utama pendidikan, dengan munculnya para sahabat yang ahli dalam bidang keilmuan. System dan pendekatan yang diterapkan juga dinilai masih sangat tepat diterapkan sampai di era modern ini.


BAB III
Pola Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Sebagai karakteristik pelaksanaan pendidikan pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq adalah pendidikan bermodalkan agama yang merupakan motor penggerak yang mengisi aspirasi bangsa. Pendidikan tersebut berasaskan pengamalan al-qur’an dan hadist dalam membentuk manusia seutuhnya, yakni yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa (Allah Swt), dan memelihara nilai-nilai kehidupan sesama manusia demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Berdasarkan karakteristik pelaksanaan pendidikan yang telah digasriskan dalam pengembangan moral bangsa, maka materi pendidikan menitik beratkan pada pendidikan tauhid, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lainnya. Pada masa tersebut sudah mulai dilakukan spesifikasi tentang perihal adab dan kesopanan, santun dalam bergaul dalam pergaulan masyarakat, pendidikan, ibadah, dan kesehatan meperkuat jasmani dan rohani.
Pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, sehingga perluasan wilayah islam pada masa umar bin khattab meliputi semenanjung Arabia, Palestina, Syiria, Irak, Persia, dan Mesir. Dengan meluasnya kekuasaan islam sehingga mendorong kegiatan pendidikan islam bertambah besar, Karena juga ditambah oleh keinginan mereka yang baru menganut agama islam untuk menimba ilmu dari para sahabat. Sehingga kegairahan ini mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin keagamaan.
Pada masa Khalifah Usman Bin Affan, pengembangan pendidikan tidak banyak terjadi perubahan, beliau hanya melanjutkan apa yang telah ada dan terindikasi merasa cukup dengan proses pendidikan yang sudah berjalan, namun terdapat suatu kecemerlangan dalam proses kodifikasi yaitu dengan mengumpulkan tulisan-tulisan al-qur’an dan melakukan penyalinan disebabkan atas perselisihan bacaan untuk diseragamkan bacaan.
Pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib, pengembangan pendidikan berada pada kondisi yang terhambat dan terganggu oleh kondisi politik yang memanas, pemberontakan dan kekacauan yang terjadi sehingga seluruh perhatian ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian masyarakat islam, sehingga dengan sendirinya pelaksanaan pendidikan berjalan ditempat, kondisi ini dinilai tidak terjadi perkembangan bidang pendidikan.

BAB IV
Pola Pendidikan Islam Pada Periode Dinasti Umayyah

Setelah berakhirnya kekuasaan khalifah Ali Bin Abi Thalib, dilanjutkan dengan berdirinya dinasti bani umayyah, melanjutkan misi kekuasaan ini kondisi pemerintahan dikukuhkan dengan sikap otoriter dengan unsur kekerasan, dan diplomasi yang diiringi sikap tipu daya serta hilanya sifat musyawarah dalam pemilihan khalifah.
Namun demikian reformasi cukup banyak terjadi dalam berbagai bidang pengembangan keilmuan agama dan umum sampai kepada aspek pertahanan dan teknologi.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai termasuk diantaranya dalam bidang administrasi pemerintahan, seperti pemisahan kekuasaan, pembagian wilayah kekuasaan, pemungutan pajak dan organisasi keuangan, organisasi ketentaraan, organisasi kehakiman, social dan budaya, seni dan sastra, seni rupa, dan arsitektur.
Disamping melakukan ekspansi territorial, pemerintahan dinasti umayyah juga memberi perhatian dalam bidang pendidikan dengan penyediaan sarana dan prasarana, untuk mendorong para agamawan, seniman, dan lainnya agar mau melakukan pengembagan ilmu yang dikuasainya, sehingga pada masa itu terjadi perkembangan dalam bidang agama, al-qur’an, fiqh dan hadist yang dikodifikasikan. Disamping itu berkembang juga ilmu sejarah dan geografi, bidang kebahasaan dan bidang filsafat.
Pada masa ini terjadi perkembangan pusat pengajaran pendidikan, yakni bertempatkan di rumah guru, di istana dan mesjid. Para pendidik yang tidak meminta pamrih dari pemerintah dan pemerintah tidak menyediakan tempat mukim bagi guru di istana, melainkan penghargaan dari masyarakatnya.
Bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan adalah pendidikan istana yang menitik beratkan pada pengembangan kecerdasan, jasamani dan rohani, nasihat dan wasiat, badiah, pendirian perpustakaan, bamaristan (rumah sakit), dan kegiatan penerjemahan buku-buku kedalam bahasa arab.

BAB V
Pola Dan Perkembangan Pendidikan Islam Pada Periode
Daulah Abbasiyah

Berdirinya daulah abbasyiah dengan dua strategi jitu, yakni dengan penyebaran ide rahasia dan mencari pendukung. Pada periode ini tampanya pembesar-pembesar di kalangan masyarakat sudah lebih menguasai system politik kekuasaan disinyalir oleh kemampuan dalam perebutan tahtah dari kekuasaan dinasti Umayyah ke Daulah Abbasiyah. Proses peralihan kekuasaan ini membutuhkan pengaruh dan pendukung yang sangat besar sehingga dapat mengubah tatanan dan system pemerintahan secara drastic. Terjadinya pertukaran pendapat cerita dan pikiran, sehingga muncul kebudayaan baru.
Perkembangan pada masa ini berkutik pada system politik, Tata pemerintahan dan pembentukan Negara. Melalui system politik yang dijalankan bahwa: 1) Para khalifah berasal dari keturunan arab murni, sedang yang lainnya diangkat dari keturunan Persia, 2) Kota bagdat sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, social, kebudayaan, dijadikan kota pintu terbuka bagi berbagai keyakinan agama, 3) Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan membuka seluas-luasnya bagi kemajuan dan perkembangan ilmu, 4) Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya, 5) para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam tamadun Islam.

BAB VI
Pola pendidikan islam di spanyol era awal tinjauan historis filosofis

Ekspansi Islam ke spanyol merupakan ekspansi wilayah yang paling gemilang dalam catatan sejarah kemiliteran dan peradaban. Di bidang kemiliteran terbukti dengan kemampuan militer dinasti umayyah menguasai spanyol dengan kekuatan Visigotic yang terkenal cukup kuat. Sedang di bidang peradaban spanyol telah memperlihatkan peranan peradaban dan kebudayaan islam. Pesatnya perkembangan peradaban dan kebudayaan, membawa spanyol menjadi pusat peradaban islam di barat, sebagaimana halnya baghdat yang menjadi pusat peradaban timur tengah. Kehadirannya telah mewarnai peradaban islam membidani kebangkitan eropa.
Perkembangan pendidikan dan kebudayaan di spanyol adalah sebagai bentuk imperium yang harus kuat karena daerah yang luas. Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui mendirikan lembaga pendidikan dengan pengelolaan administrasi yang rapi dan penyempurnaan fasilitas-fasilitas berbagai level pendidikan, dan mengembangkan ilmu-ilmu logika dengan menerjemahkan karya-karya yunani kuno dan Persia kedalam bahasa arab seperti karya aristoteles dan plato, karya-karya tersebut dianalisis dan di framework kedalam ajaran islam.
Kondisi masyarakat sangat kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di spanyol, mereka sangat malu menggantungkan nasip pada orang lain, untuk itu mereka tidak segan segan mengeluarkan biaya yang sangat mahal sekalipun untuk menuntut ilmu, dalam menunjang kegiatan pembelajaran spanyol memberlakukan kuruikulum universal dan konfrehensif, dengan nuansa integral yang ditawarkan sehingga membuka peluang bagi nonmuslim menimba ilmu di situ. Semagat tinggi yang ditunjukkan masyarakat sehingga mampu memperkuat eksistensi lembaga pendidikan dan lembaga pemerintahan.
Selanjutnya memiliki ambisi untuk pengembagan perpustakaan dengan mengoleksi berbagai buku langka, mulai dari dan untuk kepentingan pribadi sampai kepada pewakafan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Besarnya perhatian ummat islam spanyol dalam penyediaan sarana perpustakaan perlu rasanya diacungkan jempol dan ditiru oleh umat islam lainnya. Dengan fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu singkat pertumbuhan perpustakaan spanyol laksana jamur.

BAB VII
Perkembangan Pendidikan Islam di Andalusia dan Sisilia

Andalusia dahulu sekarang masyhur dengan nama spanyol, sebuah wilayah yang sangat popular saat ini. Sisilia adalah suatu wilayah yang amat licin dan ditakuti oleh negeri paman sam.
Berkaitan dengan pola pendidikan yang diterapkan di spanyol melalui lembaga pendidikan kuttab dan mesjid yang tersebar di Andalusia. Lembaga pendidikan tersebut memfokuskan pada pendalaman ilmu fiqh, bahasa dan sastra, music dan seni. Berikutnya berdiri universitas cardova di spanyol yang menjadi icon termegah. Universitas ini berdiri bersandingan dengan universitas Al-Azhar cairo dan universitas Nizamiyah di Baghdad.
Selain itu terdapat juga universitas Sevilla, Malaga, dan Granada, yang mengajarkan bidang kedolteran, astronomi, teologi, hokum islam dan kimia. Namun secara garis besar perguruan tinggi spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan yaitu filsafat dan sains.
Adapun yang mendukung kemajuan pendidikan di spanyol adalah secara garis besar karena adanya dukungan dari penguasa, sehingga memebuat pendidikan mengalami perkembangan yang begitu cepat. Disamping itu adanya beberapa sekolah dan universitas yang terdapat di kota spanyol, banyaknya para sanjana islam yang datang dari timur dan barat dengan membawa buku dan gagasan baru, dan adanya persaingan politik antara abbasiyah di baghdat dan umayyah di spanyol.

BAB VIII
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam Era Awal; Rumah, Kuttab, Mesjid, Saloon, dan Madrasah

Institusi pendidikan islam pada era awal adalah berpusat pada diantaranya adalah: rumah-rumah guru, kuttab, mesjid-mesjid, saloon (sanggar seni) dan madrasah. Dengan memiliki karakteristik dan pola tertentu dalam proses pendidikan di antar tempat atau lembaga pendidikan yang masyhur pada saat itu.

BAB IX
Kurikulum dan Pola Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa klasik zaman keemasan

Kurikulum pendidikan islam sebelum bedirinya madrasah masih berada pada tahap pengkajian dan pengamalan al-qur’an, agama, membaca, dan syair. Yang terkadang juga mempelajari nahwu, cerita-cerita dan berenang dan memanah. Setelah melewati fase perkembangan kurikulum pendidikan masa klasik maka beralih ke pada kurikulum pendidikan era modern, yang di identikkan kepada bentuk pendidikan yang universal yang mencakup dua kurikulum pokok ilmu yakni ilmu agama (ilmu sejarah, tafsir, hadist, fiqh dan ushul fiqh) dan ilmu-ilmu pengetahuan (metafisika, kemasyarakatan). Pada fase ini dunia islam mempersiapkan diri mendalami agama untuk penyiaran dan pertahanan.
Perkembangan kurikulum madrasah pada masa klasik bercorak system pendidikan mu’tazilah (peran akal), pendidikan ikhwan al safa, bercorak filsafat, tasawuf, teologi, syiah dan fiqh.

BAB X
Transpormasi dan Kontribusi Intelektual Islam atas dunia barat

Kemajuan yang dicapai oleh umat islam pada masa itu juga ikut dirasakan oleh masyarakat nonmuslim termasuk dunia barat seiring terjadinya persentuhan budaya dan ilmu pengetahuan sehingga terjadinya transpormasi intelektual dari dunia islam ke dunia barat. Seiring dengan berjalannya fase tersebut melahirkan gerakan-gerakan seperti renaissance, reformasi, rasionalime di dunia barat dengan kemajuan sains dan teknologi sehingga peradaban barat berkembang pesat.
Bersamaan dengan perlkembanga itu, dunia barat masih dikawal oleh doktrin gereja dengan menolak kajian budaya dan filsafat. Masa kegelapan dunia barat masih berlangsung, perkembangan berpikir dibatasi oleh gereja yang cenderung menolak ilmu pengetahuan dan budaya berpikir filsafat yang pernah berkembang di yunani. Bapak-bapak gereja kristen berkompanye membasmi ilmu dan filsafat, karena menganggapnya ilmu itu adalah sihir..., kebencian mereka pada pengetahuan manusia dinyatakan dalam peribahasa "Ketidaktahuan adalah sumber kesalehan" di ikuti dengan gerakan pembakaran pustaka dan sekolah-sekolah filsafat ditutup karena larangan mempelajari karya-karya romawi kuno.
Transpormasi ilmu islam ke dunia barat terjadi secara berlahan dan memakan waktu yang sangat panjang, disisi lain banyak factor yang mendukung terjadinya proses transpormasi tersebut yang berasal dari internal atau eksternal. Seiring dengan prospek tersebut, maka terjadilah perpecahan beberapa institusi Kristen ortodok dengan gereja induk, perkembangan kurikulum yang mampu mengakomodasi seluruh ilmu pengetahuan, dan adanya peranan penerjemah karya-karya terdahulu.
Transpormasi ilmu islam juga terjadi melalui jalan adalusia, pulai sisila, perang salib, jalur pendidikan, dan penerjemahan karya-karya islam ke dalam bahasa latin dan jalur perdagangan.

BAB XI
Madrasah Hizhamiyah; Pengaruhnya terhadap Perkembangan Pendidikan Islam dan Aktivitas Ortodoksi Sunni

Madrasah Hizhamiyah adalah madrasah pertama yang muncul di dunia islam, sebagai bentuk pendidikan yang dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, lembaga pendidikan ini dibentuk dan dikelola oleh pemerintah. Dengan memberi pelayanan fasilitas pendidikan kepada seluruh elemen masyarakat, tersusunya kurikulum pendidikan, guru-guru yang diberikan tempat tinggal, strukrutal organisasi yang lengkap dalam mencapai keunggulan madrasah. Pormulasi pengajaran dalam pendidikan tersebut dimonopoli oleh ideology sunni, dan melalui kegiatan penyebaran guru-guru ke daerah yang seide dengan misi pemerintah pada saat itu.
Ide-ide pemikiran al-ghazali sangat tampak dengan memperhatikan tingkat daya berpikir anak, melaui penerangan pembelajaran yang sempurna, pengajaran ilmu secara konkrit dari sesuatu yang abstrak, dan pengajaran yang dilakukan secara bertahap dan berangsur angsung.
Selanjutnya pendidik dituntut memberi segala nasihat, pemeperingatkan secara berangsur-angsur perilaku buruk anak didik, memberi reword bagi anak yang baik dan cerdas, dilarang bertemankan anak jahat, dibiasakan untuk tidak berlebihan makan, berkesempatan yang cukup untuk berlatih, pelayanan pendidikan berdasarkan level kemampuan berpikir anak.
Peserta didik harus memuliakan pendidik, dan bersikap rendah hati, pendidik harus memjadi bagian dari anak didiknya, menghalangi untuk mempelajari berbagai mazhab yang dapat mengacaukan pikiran, peserta didik dapat memilih mempelajari berbagai macam ilmu yang namun tujuan pendidikan keagamaan tidak terabaikan.



BAB XII
Pendidikan Islam pada era kemunduran pasca kejatuhan baghdad dan Cordova

Era kemunduran pendidikan islam berlangsung pasca ditakluknya bagdat dan cordova. Kemunduran ini tidak terlepas dari kemunduran kaum intelektual. Factor-faktor yang membuat Baghdat menjadi melemah disinyalir oleh factor internal dan eksternal; dimana terjadinya persaingan tidak sehat antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam daulah Abbasiyah, terutama arab Persia dan turki. Adapun yang berasal dari kondisi internal adalah, adanya aliran pemikiran dalam islam yang sering menyebabkan timbulnya konflik daerah, munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad, kemerosotan ekonomi akibat kemunduran politik. Sedangkan yang berasal dari segi eksternal adalah perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang, hadirnya tentara mongol dibawah pimpinan hulagu khan dengan membakar semua isi perpustakaan tanpa berbekas, kebebasan dakwah satu persatu surut dan sirna.
Disamping itu kemunduran juga terjadi akibat dari keruntuhan spanyol yang disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
1. Tidak jelasnya system peralihan kekuasaan yang menyebabkan munculnya perebutan kekuasaan di antara ahli waris, konflik dalam keluarga
2. Lembaga figure dan karismatik yang dimiliki khalifah hanya sebagai symbol saja, sedangkan yang menjalankan pemerintahan berada di tangan nazir
3. Perselisihan dikalangan ummat islam sendiri yang disebabkan perbedaan kepentingan, perbedaan suku dan kelompok yang kemudian dimanfaatkan oleh pihak Kristen
4. Konflik islam dengan Kristen atas kebijakan penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna, hanya melalui pembayaran upeti
5. Munculya muluk al-thawaif yang masing masing saling merebut kekuasaan bergandengan dengan kekuasaan kerajaan Kristen
Suasana gelap yang menyelimuti dunia islam akibat berbagai krisis sehingga keadaan benar-benar mencekam dan prihatin terlebih lagi kemunduran yang dirasakan dalam bidang pendidikan, dengan terjadinya pertentangan jalan pikir filsafat yang beraurakan sufistik dan jalan pikir filsafat yang rasionalistik.

BAB XIII
Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya Terhadap Pelaksanaan Pendidikan di Dunia Islam

Factor internal kemunduran dinasti abbasiyah berasal Dari dalam pemerintah islam itu sendiri, ditandai dengan adanya pergeseran orientasi watak peradaban yang berkembang di dunia islam pada masa itu, kecenderungan militerisme dan ekspansi wilayah kekuasaan muncul sebagai cirri utama peradaban islam seiring munculnya supremasi politik bangsa mongol. Factor internal tersebut antara lain adalah terjadinya konflik internal keluarga istana, tampilnya dominasi militer, permasalahan keuangan, berdirinya dinasti-dinasti kecil, luasnya wilayah, fanatisme keagamaan.
Disamping itu telah berlebihannya filsafat islam yang bersifat sufistik yang mengarah kepada penyatuan dengan tuhan di bawah bimbingan otoritas dari guru-guru sufi melalui jalan tariqat. Sedikitnya kurikulum pendidikan islam dalam tatanan kurikulum pendidikan madrasah, dan tertutupnya pintu ijtihad.

BAB XIV
Sejarah dan perkembangan Arsitektur Islam Pada Masa Dinasti Usmaniyah

Ketika kekuasaan islam mengalami kemunduran, muncullah kekuatan baru dari teluk Persia mughal dan turki, kemunculan tiga dinasti ini ikut menyelamatkan eksistensi wilayah kekuasaan islam dan mengembangkan peradaban, Perkembangan arsitektur pada masa dinasti usmaniyah telah mengantarkan pada kejayaan peradaban islam dengan nilai seni yang tinggi. Corak seni arsitektur tersebut meliputi bentuk arsitektur mesjid, istana, kuburan, rumah sakit, sekolah, tata kota dan bentuk tempat pemandian.

BAB XV
Dinamika sejarah pendidikan perempuan potret timur tengah dan indonesia di era awal

Pada masa sebelum islam, kaum wanita berada pada tingkat kedua setelah lelaki, sehingga kaum wanita diperlakukan semena-menanya kaum lelaki. Namun setelah kedatangan islam dimulai tradisi baru bagi kaum perempuan dengan diberikan kemerdekaan dan hak-hak mereka yang selama kurun waktu sebelumnya tidak pernah mereka dapatkan sebagai manusia yang memiliki derajat yang sama.

BAB XIV
Dikotomi Ilmu Pengetahuan; Akar Tunbuhnya dikatomi ilmu dalam peradaban islam

Islam menganggap ilmu pengetahuan sebagai konsep yang holistis, dalam konsep ini terdapat pemisahan antara pengetahuan dengan nilai-nilai. Secara historis bahwa islam pernah Berjaya dan kemegahan yang ditandai dengan maraknya ilmu pengetahuan yang menjadi mercusuar baik di barat maupun ditimur.
Dalam perkembangannya para filsuf dan saintis muslim tidak pernah memisahkan ilmu pengetahuan dengan agama, maka mereka meyakini ilmu pengetahuan dan agama sebagai suatu totalitas, namun kenyataan yang terlihat sekarang bahwa banyak muslim yang cenderung memisahkan dan membedakan antara kedua istilah tersebut dalam berbagai literature.
BAB XVII
Muhammad abduh dan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam di Mesir

Muhammad abduh dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam pendidikan islam. Terdapat beberapa temuannya yang menyimpang yang menutnya menjadi penyebab kemunduran umat islam. Diantaranya adalah kurikulum yang merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan, tanpa kurikulum yang sesuai dengan apa yang diharapkan maka semua itu tidak akan terwujud dengan baik, demikian pula yang dialaminya dalam mendapatkan pendidikan pada madrasah-madrasah di mesir.
Kurikulum pendidikan mesir terjadi dualism atau perbedaan yang sangat mendasar antara kurikulum madrasah dengan kurikulum pendidikan umum, disamping itu metode mengajar yang membosankan.
Untuk mengimbangi serangan Kristen terhadap islam maka dalam hal ini Muhammad abduh mengaskan beberapa poin antara lain adalah:
1. Islam menegaskan bahwa meyakini keesaan Allah dan Muhammad merupakan kebenaran inti ajaran islam
2. Kaum muslimin sepakat bahwa akal dan wahyu berjalan beringan dan tidak saling bertetangan, karena berasal dari sumber yang sama
3. Islam sangat terbuka atas berbagai interpretasi, karena itu islam tidak membenarkan adanya saling mengkafirkan diantara kaum muslimin
4. Islam tidak membenarkan seseorang menyerukan risalah islam kepada orang lain kecuali dengan bukti
5. Islam diperintahkan untuk menumbangkan otoritas agama, karena satu-satunya hubungan sejati adalah hubungan manusia dengan tuhannya secara langsung
6. Islam melindungi dakwah dan risalah, dan menghentikan perpecahan dan fitnah
7. Isalam adalah agama kasih saying, persahabatan, dan mawaddah kepada orang yang berbeda doktrinnya.
8. Islam memadukan antara kesejahteraan dunia dan akhirat
Karakteristik Muhammad abduh sebagai pemikir pembaharu dalam dunia islam diklasifikasikan dalam empat agenda umum yang menyangkut purifikasi (poemurnian ajaran islam), reformasi (kewajiban belajar dalam berbagai dimensi keilmuan), pembelaan islam (mempertahankan identitas islam), dan reformulasi (membuka kembali pintu ijtihad).

BAB XVIII
Gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Implikasi dalam Pendidikan

Islamisasi ilmu pengetahuan tidak lepas dari ketimpangan-ketimpangan yang merupakan akibat langsung dari keterpisahan antara sains dan agama. Pemikir di kalangan yang mengusung ide masih acuh tak acuh dan belum teritegrasi menjadi sebuah pemikiran yang utuh.
Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan oleh al-faruqi dimaknai sebagai upaya menintegrasikan disiplin ilmu modern dengan khazanah warisan islam. Merupakan hal yang sangat penting dilakukan sebab perkembangan ilmu sekuler yang berasal dari barat secara terus menerus mengikis eksistensi ajaran islam sebagai ajaran agama yang memadukan ilmu pengetahuan (sains) dan agama, akibat terjadinya hal tersebut mengakibatkan terjadinya perceraian antara sains modern dengan nilai-nilai teologis. Sehingga peran akal tidak terkontrol oleh wahyu, sehingga ide dan saksi menjadi terpecah belah dan berseberangan.
Menangani permasalahan tersebut al-faruqi memformulasikan epistemology barat untuk menawarkan prinsip-prinsip yang mendasari sebagai peletak pondasi dalam pola lima kesatuan. Yaitu: 1) keesaan Allah Swt, 2) kesatuan makhluk, 3) kesatuan kebenaran dan pengetahuan, 4) kesatuan hidup, 5) kesatuan ummat manusia.


BAB IXX
Sejarah dan dinamika lembaga-lembaga Pendidikan islam di nusantara, surau, meunasah, pesantren, dan madrasah

Perkembangan pendidikan islam di nusantara ditandai dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap dimulai dengan amad sederhana sampai terhitung dengan kapasitas sarana dan suber daya yang lengkap setara dengan kebutuhan pendidikan dunia modern.
Dinamika pendidikan dilakukan mulai dari pemanfaatan surau, meunasah, pesantren, madrasah, sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan dan penyampaian ilmu keagamaan dan umum. Proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan halaqah sampai menerapkan bentuk menghafal muatan teoritis keilmuan. Seiring perkembanga zaman dan tuntutan ke arah perubahan dalam pola pembelajaran perkembangan metode belajar dan media pendukung secara terus menerus menyetarakan diri dengan kebutuhan pendidikan dan pembelajaran. Kurukulum pendidikan yang dulunya masih padu yang kemudian diklasisifasikan untuk dapat dipelajari secara lebih spesifik.

BAB XX
Pola Kebijakan Pendidikan Islam di Nusantara pada masa awal sampai sebelum kemerdekaan; kasus kebijakan politik colonial belanda terhadap gerakan pembaharu pendidikan islam di Indonesia

Pola kebijakan pendidikan islam nusantara masih tersentuh oleh kebijakan pemerintaha belanda pada fase kebijakan politik colonial yakni pada masa sebelum kemerdekaan. Pemerintah belanda memperkenalkan sekolah-sekolah modern menurut system persekolahan yang berkembang di dunia barat yang kemudian sedikit banyak mempengaruhi pola pendidikan Indonesia melalui pesantren.
Lembaga pendidikan islam bergeser mengikuti perkembangan dengan berdirinya beberapa madrasah di tanah air dengan fasilitas meja kursi dan papan tulis. Madrasah-madrasah tersebut dikenal dengan sebutan Madrasah Adabiyah School, Madrasah Diniyah Shcool, Madrasah Muhammadiyah, Sumatera Thawalib, Madrasah Slafiyah, serta madrasah-madrasah lainnya yang secara terus menerus mengalami peningkatan secara signifikan.

BAB XXI
Organisasi social keagamaan dan pendidikan islam; kasus al-jam’iyatul wasliyah

Eksistensi organisasi social keagamaan islam al-jami’atul washliyah berdiri dengan catatan konfigurasi social, politik, dan demografi sumatera, dirumuskan melalui response keadaan yang berkaitan dengan fakta-fakta social. Hal ini timbul dari kesadaran para pelajar dan guru yang bergabung dalam perguruan maktab islamiyah dalam penyatuan ide dan pendapat. Maktab tersebut mempunyai signifikansi sebagai lembaga pendidikan yang muncul dari gagasan alumni.
Kegiatan pendidikan dengan mencoba menggabungkannya dengan system tradisional dan modern, mengembangkan institusi dan system pendidikan dengan cara mengadopsi pendidikan barat kedalam pola pendidikan islam sehingga membentuk model pendidikan dengan system modern, sehingga tidak tertinggal oleh kemajuan peradaban pendidikan di dunia global

BAB XXII
Pola Kebijakan Pendidikan Islam Pada Masa Awal Kemerdekaan sampai pada Orde Lama (Orla)

Penyelenggaraan pendidikan agama islam di Indonesia tumbuh dan berkembang bersamaan dengan masukknya islam ke Indonesia, periodesasi perkembangan pendidikan tumbuh bersama organisasi dan kelembagaan yang berkecimpung dalam bidang pengembangan agama dan social.
Organisasi dan lembaga pendidikan islam Indonesia mula-mula melakukan pergerakan secara nasional dengan mengikuti haluan politik seperti berdirinya taman siswa, sekolah serikat rakyat, ksatria institute, perguruan rakyat. Sesuai dengan tuntutan islam berdirinya sekolah serikat islam, sekolah muhammaddiyah, sumatera tawalib, nahdatul ulama, sekolah persatuan ummat islam, sekolah jami’atul wasliyah, sekolah al irsyad, sekolah normal islam.

BAB XXIII
Pola dan Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia pada masa orde baru

Pola dan kebijakan pendidikan islam di Indonesia bersifat terbuka dan menggunakan dua system pendidikan yakni pendidikan umum dan agama, namun dalam aplikasinya kedua lembaga pendidikan itu saling menjembatani melalui kurikulum pendidikan yang dimuat dalam pelaksanaan pendidikan yang berisikan pendidikan agama dan umum. Pada awalnya keberadaan lembaga pendidikan secar aumum belum menggunakan standar kurikulum nasional pendidikan Indonesia, diikuti dengan upaya formalisasidan strukturisasi madrasah dengan agenda penegerian beberapa madrasah secara berangsur-angsur, kurikulum pendidikan secara terus menerus ditata dan disejajarkan dengan kurikulum pendidikan nasional
Lebih baru Lebih lama